topbella

Sabtu, 26 Mei 2012

MAKALAH BELAJAR EFEKTIF


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Belajar merupakan kunci pokok dalam pendidikan, sebab tanpa belajar tidak akan ada pendidikan. Inti dari belajar adalah berubah dan berkembang. Dengan belajar, individu dapat berkembang dan meningkatkan atau menaikkan derajat hidupnya. Sekelompok manusia yang belajar tentu dapat mepertahankan hidupnya ditengah-tengah persaingan dibandingkan dengan kelompok manusia lainnya yang tidak belajar.
Belajar adalah perubahan dalam diri individu sebagi akibat dari pengalaman. Di mana pengalaman tersebut dapat berupa proses penyesuaian diri dengan lingkungannya maupun sebuah usaha untuk menjadi bisa (perubahan tingkah laku dan pola fikir)dan menambah ilmu (seperti halnya seorang anak belajar di sekolah untuk mendapatkan berbagai pengetahuan yang disusun dalam sebuah kurikulum tertentu.)
Keberhasilan proses belajar dimana pengalaman yang ia dapat akan menjadi perubahan tingkah laku dan perubahan pola fikir akan sukses dan berhasil bilamana faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar itu mendukung dan sinergis secara positif, karena semua faktor-faktor tersebut bilamana salah satunya dalam keadaan tidak sipa, tidak baik dan negatif, maka proses belajar pun akan terganggu dengan hadirnya berbagai masalah belajar, atau kesulitan-kesulitan dan hambatan dalam proses belajar. Adapun keberhasilan proses belajar selain ditentukan oleh faktor yang mempengaruhinya adalah pengkondisian diri dalam menerima pelajaran atau mengikuti proses belajar. Pengkondisian diri itu disebut sebagai proses belajar efektif, dimana terdapat sejumlah metode untuk mengkondisikan diri siap belajar dan sanggup menjadikan memproses pengalaman yang didapat menjadi perubahan tingkah laku senagai hasil belajar.
Peran dan fungsi konselor dalam sekolah, menuntut seorang konselor untuk memberikan suatu pelayanan bagi siswa yang dapat membantu dan memfasilitasi siswa dalam proses pembelajarannya. Salah satunya adalah mengadakan bimbingan belajar efektif. Untuk itu, sekiranya konselor pun dituntut untuk memiliki pengetahuan mengenai belajar efektif. Tidak hanya itu, pengetahuan tentang belajar dan faktor yang mempengaruhi belajar pun harus dikuasai, sebagai salah satu langkah untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalah belajar yang kemudian ditindak lanjuti dengan sebuah upaya bantuan berupa bimbingan belajar dengan menerapkan salah satu teori atau strategi belajar yang tepat untuk mengatasi atau mencegah kesulitan belajar yang dihadapi.

B.     Tujuan Penulisan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah membuka wawasan terhadap belajar efektif  sebagai acuan ilmu dalam memberikan bimbingan belajar, namun secara khusus penulisan makalah bertujuan:
1.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
2.      Memperdalam pemahaman terhadap hakikat belajar
3.      Membuka pengetahuan mengenai cara-cara belajar efektif
4.      Memperluas pengetahuan, terutama bagi calon konselor dalam memberikan bimbingan
5.      Menyiapkan calon konselor yang bisa mengatasi masalah-masalah dalam belajar

C.    Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam makalah ini, makapenulis membatasi lingkup pembahasan dengan merumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
1.      Apa makna dari belajar?
2.      Faktor apa yang mempengaruhi belajar individu, baik secara fisik dan psikis?
3.      Apa itu belajar efektif?
4.      Bagaimana cara belajar efektif?
5.      Bagaimana peran konselor dalam menghadapi masalah belajar pada siswa?

D.    Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode studi literatur turut, dimana penulis berusaha mengungkapkan konsep-konsep baru dengan cara membaca dan mencatat informasi-informasi yang relevan dengan kebutuhan pembahasan. Bahan bacaan mencakup buku-buku teks, jurnal atau majalah-majalah ilmiah dan hasil-hasil penelitian (Pidarta, 1999: 3-4). Selain itu data diperoleh secara online dengan bantuan search engine.

E.      Sistematika Penulisan Makalah
            Penyusunan makalah ini disajikan dalam 3 (tiga) bab antara lain :
1.    Bab I Pendahuluan. (Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Rumusan Masalah, Metodologi penulisan, Sistematika Penulisan Makalah)
2.    Bab II  Pembahasan
3.    Bab IV Penutup (Kesimpulan)
4.    Daftar pustaka



BAB II
PEMBAHASAN

A.    MAKNA BELAJAR
Secara historis, penelitian mengneai belajar dipelopori oleh para psikolog. Dipelopori oleh ahli-ahli seperti Ebbinghaus (1885), Bryan dan Harter (1897, 1899) dan Thorndike (1898). Banyak Psikolog membuat pengakuan eksplisit bahwa belajar merupakan hal sentral dalam mempelajari tingkah laku (Hilgard, 1956), didukung oleh Tollman, Guthrie dan Hull. 
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005)  menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar.
  • Moh. Surya (1997) :  “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
  • Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
  • Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
  • Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
  • Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
  • Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku  yang yang muncul karena pengalaman”
Dari beberapa pengertian belajar tersebut  diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu : 
1.  Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang  terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan.  Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah  pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2.  Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3.   Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri  maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4.   Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia  memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.
5.  Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya,  mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6.  Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7.   Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah  maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang  pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang  Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8.   Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan  keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga  memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam  menerapkan  “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
  1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
  2. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
  3. Strategi kognitif;  kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir  agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan  intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
  4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
  5. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :
  1. Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
  2. Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
  3. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
  4. Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
  5. Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
  6. Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
  7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
  8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.
  9. Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was  dan sebagainya.

B.     BELAJAR EFEKTIF
Setiap siswa di sekolah sudah tentu ingin mencapai prestasi belajar semaksimal mungkin. Prestasi belajar yang maksimal merupakan jalan yang dapat memudahkan proses kelanjutan studi dan pencapaian cita-cita. Akan tetapi, usaha untuk itu tidak selalu mudah. Tidak sedikit siswa mengalami berbagai hambatan atau kesulitan dalam proses belajar mereka. Hambatan atau kesulitan belajar tentu saja dapat mengakibatkan kegagalan dalam mencapai prestasi yang maksimal. Lebih dari itu, kesulitan tersebut dapat mengakibatkan mereka gagal total dalam mencapai indeks prestasi minimal yang merupakan persyaratan untuk menduduki kelas atau tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sama halnya dengan usaha untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal, usaha untuk mengatasi kesulitan belajar pun tidak mudah dilakukan. Hal ini disebabkan proses belajar merupakan suatu proses yang kompleks dan dipengaruhi banyak faktor. Jelaslah bahwa untuk mencapai prestasi belajar maksimal dan juga untuk dapat mengatasi kesulitan belajar, Umumnya siswa sangat memerlukan suatu metode yang sederhana, praktis, serta mudah diterapkan untuk dapat belajar secara efektif dan mengatasi berbagai kesulitan belajar yang mereka alami. Siswa yang mengalami kesulitan belajar, biasanya akan merasa semakin terbebani oleh kesulitan bila mereka diberi suatu metode yang bersifat terlalu teoritis. Hal ini terutama dapat terjadi pada siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam bentuk gejala kejenuhan belajar, menurunnya semangat atau gairah belajar, menurunnya motivasi atau motif belajar serta pengaruh lingkungan yang kurang mendukung.
Cara belajar adalah kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan dalam mempelajari sesuatu, artinya kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilakukan dalam situasi belajar tertentu. Umumnya dalam situasi tertentu diperlukan cara belajar tertentu pula. Cara belajar merupakan suatu kemampuan dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang membawa kepada pengalaman tertentu melalui latihan, sehingga terjadi perubahan-perubahan yang positif. Jadi untuk memperoleh hasil belajar yang baik maka diperlukan cara belajar yang baik pula.
Sedangkan yang disebut belajar efektif adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan melalui  metode yang sederhana, praktis, serta mudah diterapkan untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

C.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR EFEKTIF
Proses belajar merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan atau berangkaian yang menyangkut berbagai faktor dan situasi disekitarnya.  Keberhasilan belajar sangat tergantung terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.  Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar banyak sekali, bisa berupa alat pengajaran, guru, interaksi belajar, lingkungan atau dari diri sendiri.
Dalam buku karangan Muhibbin syah, “Psikologi Pendidikan”, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa secara global dapat dibedakan ke dalam tiga macam, yaitu:
  1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
  2. faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
  3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi pelajaran.
1.    Faktor Internal.
Faktor internal terdiri dari dua aspek yaitu aspek pisiologis dan aspek psikologis.
A.       Aspek Pisiologis
Aspek pisiologis sangat berpengaruh pada proses belajar, biasanya aspek ini dilihat dari kesehatan jasmani, baik kondisi fisik dan kondisi panca indera. Misalnya kebugaran dapat berpengaruh terhadap semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran.  Kondisi organ-organ khusus, seperti mata dan telinga, juga sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menyerap informasi pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
Burton (1952 : 633-640), juga mengungkapkan aspek pisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, antara lain;
a.         Suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna karena luka atau cacat, atau sakit sehingga sering mambawa gangguan emosional.
b.        Pancaindara (mata, telinga, alat bicara dan sebagainya) yang berkembang kurang sempurna atau sakit sehingga menyulitkan proses interaksi secara efektif.
c.         Ketidak seimbangan perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh sering membawa kelainan-kelainan prilaku (kurang terkoordinasikan dan sebagainya).
d.        Cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, organ dan anggota-anggota badan (tangan, kaki, dan sebagainya) sering pula membawa ketidak stabilan mental dan emosional.
e.         Penyakit menahun, seperti asma, dapat menghambat usaha-usaha belajar secara optimal.
B.       Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran anak.  Namun diantara faktor-faktor psikologis anak yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut; 1) tingkat kecerdasan atau intelegensi , 2) sikap , 3) bakat , 4) minat , 5) motivasi.
Begitu pula menurut Burton yang dikategorikan terhadap beberapa kelemahan, yaitu:
a.         Kelemahan-kelemahan secara mental yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain kelemahan mental, kurang minat, kebimbangan dan sebagainya.
b.        Kelemahan-kelemahan emosional, seperti perasaan tidak aman, penyesuaian yang salah, tertekan rasa phobia dan ketidak matangan.
c.         Kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, antara lain : sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran, nervous, kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab, dan sebagainya.
d.        Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang tidak diperlukan, seperti : ketidak mampuan membaca, berhitung atau memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.

2.    Faktor Eksternal.
Faktor eksternal anak merupakan faktor kedua yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, faktor eksternal anak terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
A.       Lingkungan sosial
Lingkungan sosial terdiri dari berbagai lingkungan seperti lingkungan sekolah (para guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas).  Lingkungan sekolah ini sangat berpengaruh terhadap semangat dan motivasi belajar anak.  Lingkungan sosial kedua yaitu masyarakat dan juga teman- teman sepermainan di lingkingan anak tersebut.  Lingkungan sosial yang lebih besar pengaruhnya terhadap belajar anak ialah orang tua dan keluarga, dimana lingkungan keluarga ini mencakup sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga, semuanya itu dapat memberikan dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai anak.
B.       Lingkungan nonsosial
Faktor eksternal lain yaitu lingkungan nonsosial.  Lingkungan nonsosial ini meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak, dimana faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar.
Mengenai waktu yang digunakan untuk belajar, tidaklah begitu berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, karena berdasarkan hasil penelitian, mereka yang selalu belajar pagi hari dan dites pada sore hari, ternyata hasilnya tetap baik.  Sebaliknya, ada pula diantara mereka yang lebih suka belajar pada sore hari dan dites pada saat yang sama, namun hasilnya tidak memuaskan (syah,1990).  Hal tersebut membuktikan bahwa waktu tidaklah berpengaruh dalam belajar artinya tidak bergantung secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan anak (Dumn et al, 1986).  Berdasarkan hal diatas kesiapan sistem memori anak dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut merupakan hal terpenting yang mempengaruhi prestasi belajar siswa (Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan. Hal : 139).



3.    Faktor pendekatan belajar.
Ragam pendekatan dalam belajar sangat beragam dari yang paling klasik sampai yang paling modern, tetapi diantara ragam pendekatan belajar yang lebih representatif (mewakili) yang klasik dan modern yaitu :
 1)  Pendekatan hukum Jost, yaitu keefektifan belajar antara 5 X 3 lebih baik dari pada 3 X 5.
2) Pendekatan Ballard dan Clanchy dimana pendekatan belajar  pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan.
3) Pendekatan Biggi, pendekatan belajar  dapat dikelompokkan kedalam tiga prototipe (bentuk dasar), yaitu pendekatan surface (bersifat lahiriah), pendekatan deep (mendalam), dan pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi).
Faktor pendekatan belajar juga sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.  Sesorang anak yang tebiasa mengaplikasikan pendekatan belajar reproduktif misalnya, mungkin tidak akan mencapai prestasi yang lebih baik jika menggunakan pendekatan achieving atau analitis.
Menurut Klausmeir, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar sebagai berikut, yaitu: 1).  Tujuan; 2).  Materi pengajaran; 3). Cara penyampaian; 4). Karakteristik anak; 5). Karakteristik guru; 6). Interaksi dalam kelas; 7). Organisasi pengajaran; 8). Karakteristik fisik, dan 9). Hubungan sekolah dengan masyarakat. (Uman Suherman. Memahami karakteristik individu. Hal: 50).
Selain ke tiga faktor itu ternyata pengetahuan akan gaya belajar diri ikut menentukan keberhasilan belajar efektif anak. Pasalnya pengetahuan akan gaya belajar ini bisa memudahkan anak untuk mencari dan menggunakan metode yang sesuai dengan gaya belajarnya, sehingga tingkat keberhasilan pun akan semakin besar.
Tiap orang punya gaya belajar masing-masing. Secara umum gaya belajar seseorang dapat dibedakan menjadi 3 kategori
  1. Auditory : orang yang termasuk dalam tipe ini mengandalkan indera pendengarannya saat belajar. Di sekolah misalnya, orang tipe auditory ini akan lebih mengerti pelajaran saat guru “memberi banyak penjelasan” di depan kelas. Orang bertipe auditory umumnya akan mengeluarkan suara ketika menghafal sesuatu. Dia butuh sesuatu yang didengarkan oleh indera pendengarannya bahkan ketika dia sedang belajar sendirian.
  2. Visual : orang dengan gaya belajar visual akan mengandalkan penglihatannya saat belajar. teorinya seperti ini = “tunjukkan pada saya dan saya akan mengerti”. Biasanya orang tipe ini senang belajar dengan membaca (diam), memperhatikan orang mengerjakan sesuatu (senang diberi contoh).
  3. Kinesthetic : tipe belajar ini menggunakan indera peraba, dengan merasakan sesuatu menggunakan indera peraba (tangan). Orang dengan tipe kinesthetic ini harus aktif mengerjakan sesuatu agar dapat mengerti, daripada sekadar duduk diam membaca atau duduk diam mendengarkan guru mengajar. Dengan tipe ini, orang butuh praktek ketika mempelajari sesuatu.
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa seseorang jika tidak menguasai keterampilan-keterampilan khusus dalam belajar, maka setidaknya dia akan memiliki kesulitan dalam belajar. Menguasai keterampilan-keterampilan belajar, berarti sudah selangkah maju ke depan untuk belajar efektif untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Berikut merupakan keterampilan-keterampilan khusus dalam belajar.
1.      Mendengarkan.
Mendengarkan merupakan tugas pelajar.  Tidak setiap orang dapat memanfaatkan situasi ini untuk belajar.  Bahkan pelajar yang diam mendengarkan ceramah itu mesti belajar.  Apabila hal mendengarkan mereka tidak didorong oleh kebutuhan, motivasi, dan tujuan tertentu, maka sia-sialah pekerjaan mereka.  Tujuan belajar mereka tidak tercapai karena tidak adanya set-set yang tepat untuk belajar.
Apabila seseorang mendengarkan dengan sikap tertentu untuk mencapai tujuan belajar, maka orang itu adalah belajar.  Melalui pendengarannya, ia berinteraksi dengan lingkungan sehingga dirinya berkembang.
2.      Memandang.
Memandang merupakan aktivitas belajar jika memandang itu didasari oleh kebutuhan, motivasi, serta siklap tertentu untuk mencapai suatu tujuan.  Apabila kita memandang segala sesuatu dengan sikap tertentu untuk mencapai tujuan yang mengakibatkan perkembangan diri kita, maka dalam hal yang demikian kita sudah belajar.
3.      Meraba, membau, dan mencicipi/mencecap.
Meraba, membau, dan mencecap adalah aktivitas sensoris seperti halnya pada mendengarkan dan memandang.  Segenap stimulus yang dapat diraba, dicium, dan dicecap merupakan situasi yang memberi seseorang untuk belajar.  Hal aktivitas meraba, aktivitas membau, ataupun aktivitas mencecap dapat dikatakan belajar, apabila aktivitas-aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan sikap tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku.
4.      Mencatat dan Menulis.
Mencatat merupakan aktivitas pengindraan kita yang bertujuan, dimana akan memberikan kesan-kesan yang berguna bagi belajar kita selanjutnya.  Tidak semua aktivitas mencatat adalah belajar.  Aktivitas mencatat yang bersifat menurun, menjiplak atau mengcopy, adalah tidak dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar.  Mencatat yang termasuk sebagai belajar yaitu apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta menggunakan sikap tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar.
Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Ada tiga komponen yang tergabung dalam menulis, yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai media tulisan, meliputi: kosakata, struktur kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.
David Nunan (1991: 86—90) dalam bukunya Language Teaching Methodology, menawarkan suatu konsep pengembangan keterampilan menulis yang meliputi: (1) perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan, (2) menulis sebagai suatu proses dan menulis sebagai suatu produk, (3) struktur generik wacana tulis,  (4) perbedaan antara penulis terampil dan penulis yang tidak terampil, dan (5) penerapan keterampilan menulis dalam proses pembelajaran.
Empat tahap dalam mebuat tulisan , yaitu:
a)      Tahap persiapan (prapenulisan) adalah ketika pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitifnya yang akan diproses selanjutnya.
b)      Tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang dimilikinya sedemikian rupa, sehingga mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya. Proses ini seringkali terjadi secara tidak disadari, dan memang berlangsung dalam kawasan bawah sadar (subconscious) yang pada dasarnya melibatkan proses perluasan pikiran (expanding of the mind). Proses ini dapat berlangsung beberapa detik sampai bertahun-tahun. Biasanya, ketika seorang penulis melalui proses ini seakan-akan ia mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, tidak jarang seorang penulis yang tidak sabar mengalami frustrasi karena tidak menemukan pemecahan atas masalah yang dipikirkannya. Seakan-akan kita melupakan apa yang ada dalam benak kita.
c)        Tahap iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu gagasan datang tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini, apa yang telah lama kita pikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar. Iluminasi tidak mengenal tempat atau waktu. Ia bisa datang ketika kita duduk di kursi, sedang mengendarai mobil, sedang berbelanja di pasar atau di supermarket, sedang makan, sedang mandi, dan lain-lain. Seringkali orang menganggap iluminasi ini sebagai ilham. Padahal, sesungguhnya ia telah lama atau pernah memikirkannya. Secara kognitif, apa yang dikatakan ilham tidak lebih dari proses berpikir kreatif. Ilham tidak datang dari kevakuman tetapi dari usaha dan ada masukan sebelumnya terhadap referensi kognitif seseorang.
d)       Tahap terakhir yaitu verifikasi / evaluasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya. Jadi, pada tahap ini kita menguji dan menghadapkan apa yang kita tulis itu dengan realitas sosial, budaya, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
5.      Membaca.
Belajar merupakan sikap, membaca untuk keperluan belajar harus pula menggunakan sikap.  Membaca dengan sikap yaitu dengan memperhatikan judul bab, topik utama dengan berorientasi kepada kebutuhan dan tujuan. Dan membaca ini harus dapat menjawab semua pertanyaan yang muncul dalam benak kita. Membaca adalah proses linguistik. Untuk dapat membaca dengan baik, pembaca harus memahami sintaks dan semantik bahasa dan harus memiliki pengetahuan tentang abjad dan memiliki kesadaran tentang aspek-aspek tertentu dari struktur linguistik bahasa. Oleh karena itu, hubungan antara perkembangan bahasa, pengetahuan linguistik dan membaca sangat erat. Bahasa adalah kode yang disepakati oleh masyarakat sosial yang mewakili ide-ide melalui penggunaan simbol-simbol arbitrer dan kaidah-kaidah yang mengatur kombinasi simbol-simbol tersebut (Bernstein dan Tigerman, 1993).
Ada beberapa hal yang harus dilakukan sebelum membaca agar dapat membaca secara berkesan, yaitu :
1.      Pilih masa belajar yang sesuai.  Waktu belajar yang paling sesuai ialah ketika kurangnya gangguan terhadap tumpuan.  Badan tidak letih dan perut tidak terlalu kenyang.  Wastu subuh adalah merupakan waktu yang paling ideal untuk belajar.
2.      Pilih suasana yang sesuai.  Iaitu suasana yang terang, kemas, bersih, nyaman, tenang dan tersusun.
3.      Pastikan kedudukan badan yang betul dengan buku dijarakkan lebih kurang satu kaki dari mata.
4.      Dahulukan dengan bacaan Bismillah dan doa agar diterangkan hati.
Berbagai cara membaca, ada tiga cara tergantung pada tujuan pembacaan yang dilakukan, yaitu :
  1. Membaca untuk hiburan.  Membaca untuk tujuan berhibur tidak memerlukan daya tumpuan yang tinggi.  Bahan-bahan yang biasa dibaca ialah majalah, komik, novel, cerpen, dan sebagainya.
  2. Membaca untuk mencari pengetahuan tertentu.  Ada ketikanya anda membaca semata-mata untuk mencari pengetahuan yang tertentu.  Anda boleh membaca selintas dan harus mencari lokasi sejarah yang dicari. 
  3. Membaca secara kritikal.  Membaca cara ini perlu apabila anda membaca untuk konsep, istilah, logik dan sebagainya.  Membaca secara kritikal adalah kaedah yang betul ketika menelaah mata pelajaran anda.  Dengan menggunakan pendekatan ini, belajar nyata lebih seronok dan tidak membosankan.  Minat juga mula terbit apabila anda mula memahami isi kandungan yang dibaca.
Langkah-langkah membaca secara kritikal, yaitu :
1)      Melihat selintas.  Berikan perhatian kepada perkara-perkara yang berikut :
·         Lihat tajuk-tajuk kecil dan dapatkan perkaitan (jika ada) diantara tajuk-tajuk tersebut.
·         Amati peta. Jadwal, gambar dan sebagainya
·         Lihat soalan-soalan yang ada termasuk soalan-soalan dibahagian belakang sesuatu bab / tajuk utama.
·         Catatkan sebarang persoalan (jika ada) yang timbul dalam fikiran pada sehelai kertas.
2)      Baca pendahuluan dan kemudian baca bahagian kesimpulan / penutup.
3)       Baca secara terperinci, ayat demi ayat, perenggan demi perenggan.  Terjemahkan setiap penjelasan dalam bentuk gambaran minda.
4)      Ulang bacaan beberapa kali apabila ada kalimat atau kata yang kurang dimengerti.
5)      Gariskan fakta-fakta penting.  Buatkan ringkasan kedalam nota peperiksaan anda.
6)      'Highlight' setiap kata kunci.
7)      Gunakan kode warna misalnya warna kuning untuk nama orang dan sebagainya.
8)      Yakinkan diri anda mampu menguasai bahan yang dibaca.
9)      Setelah membaca, tutup buku dan nota anda.  Fikirkan atau gambarkan apa yang telah anda baca. Setelah itu, ambil sehelai kertas dan tuliskan kembali apa yang telah anda baca dalam bentuk peta minda atau peta konsep.
6.      Membuat ikhtisar atau ringkasan, dan menggaris bawahi.
Ikhtisar atau ringkasan dapat membantu kita dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang.  Untuk keperluan belajar yang intensif, bagai manapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup.  Sementara membaca, pada hal-hal yang penting kita beri garis bawah.  Hal ini akan membantu kita untuk menemukan kembali material itu di kemudian hari.
7.      Menyusun paper atau kertas kerja.
Dalam membuat paper, rumusan topik paper merupakan hal yang paling utama.  Paper yang baik memerlukan perencanaan yang masak dengan terlebih dahulu mengumpulkan ide-ide yang menunjang serta penyediaan sumber-sumber yang relevan.



8.      Mengingat dan menghapal
Mengingat yang didasari oleh kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut  adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi jika mengingat tersebut berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal didalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secar harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Peristiwa menghafal merupakan proses mental untuk menyimapan kesan-kesan, yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar.
Ciri khas dari hasil keterampilan menghafal adalah reproduksi secara harfiah dan adanya skema kognitif (dalam ingatan akan tersimpan secara baik informasi yang telah diterima). Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarta tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengerian menjadi kabue, menghafal tanpa perhatian adalah kacau dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.
9.        Keterampilan Mengatasi Kejenuhan
Keterampilan mengatasi kejenuhan   dapat berupa melakukan istirahat yang cukup, mengatur ulang jadwal belajar, menata ulang lingkungan belajar, mengerjakan kesenangan/minat untuk mengisi waktu luang untuk berapa saat, mencari simulasi baru agar lebih terdorong untuk belajar, dan menguatkan tekad dalam diri.
10.    Keterampilan Membangkitkan Motivasi Belajar
Keterampilan membangkitkan motivasi,  dapat ditempuh melalui upaya  merumuskan tujuan belajar secara spesifik, menimbulkan minat, melibatkan seluruh aspek dan sumber belajar, mengaitkan pengalaman belajar dengan realitas kehidupan sehari-hari, dan nikmatilah setiap kemajuan.
11.    Keterampilan Mengerjakan Tes
Kadangkala siswa gagal dalam ujian bukan disebabkan oleh ketidaktahuan melainkan oleh kekeliruan dalam strategi mengerjakan tes. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan siswa dalam mengerjakan tes yaitu sebelum menjawab tulislah pokok-pokok/atau garis besar jawaban, jawablah dengan tepat dan lengkap, mulailah mengerjakan soal yang mudah, hati-hati mengubah jawaban, jangan tergesa-gesa, catat kesan pertama jawaban, dan periksa kembali jawaban.

12.    Keterampilan Mempersiapkan Ujian
Ujian yang dihadapi siswa tidak hanya menuntut kemampuan akademis, tetapi  sikap mental juga sangat menentukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian adalah persiapkan mental sedemikian rupa, menjaga kesehatan tubuh, dan percaya terhadap kemampuan diri sendiri.


























3 komentar:

Adillafitra Evand mengatakan...

thaaanksssss

Dhiky Hurt mengatakan...

terima kasih ya makalahnya.. bisa buat belajar nih.. :)
.
blogwalking ...

Bayu mengatakan...

Assalamu'alaikum mbak,
kok gx ada daftar pustakanya mbak?

Posting Komentar

 
hawinda© Designed by: Compartidisimo